Mengendalikan Ego

Pemimpin bisa menemukan kesulitan menghentikan diri mereka untuk terus memberikan kontribusi pada ide-ide kolega karena mereka merasakan kebutuhan untuk terus memberikan manfaat dari pengetahuan dan keahlian mereka.Manfaat pemberian nasihat ini bisa menegaskan persepsi kolega bahwa mereka telah kehilangan kepemilikan atas ide tersebut.Beberapa pemimpin juga merasakan adanya kebutuhan untuk menunjukkan mengapa mereka menjadi pemimpin dan selalu memilih berperilaku kompetitif.Pelatih eksekutif dan penulis buku bisnis, Marshall Goldsmith, mengatakan bahwa pemimpin bisa dimengerti jika merasakan adanya kebutuhan untuk menunjukkan mengapa mereka menjadi pemimpin dan memberikan manfaat atas pengetahuan dan pengalaman di setiap kesempatan. Goldsmith menyebutnya sebagai penambahan nilai yang terlalu banyak:

Bayangkan Anda seorang CEO. Saya datang pada Anda dengan sebuah ide yang Anda pikir sangat bagus. Daripada membujuk saya dan berkata, Ide yang bagus!, Anda cenderung akan berkata (karena Anda harus menambahkan nilai) ialah dengan mengatakan, Ide yang bagus, tetapi akan lebih bagus jika Anda mencoba melakukannya seperti ini. Masalahnya ialah Anda bisa saja memperbaiki isi ide itu sebanyak 5% tetapi Anda telah mengurangi komitmen saya untuk melaksanakan ide itu sebanyak 50% karena Anda telah mengambil alih kepemilikan ide tersebut.

Goldsmith juga mengidentifikasi menang terlampau banyak dan menunjukkan pada dunia betapa cerdasnya kita sebagai kebiasaan tak sadar yang menghambat hubungan pemimpin dengan timnya. Pemimpin secara alami bersifat kompetitif tetapi mereka tidak perlu mengorbankan kolega atau melakukan seruannya sendiri. Pemimpin sering gagal untuk menemukan solusi terhadap perilaku semacam ini karena mereka melihat masalah itu sebagai bagian dari apa yang membuatnya sukses: Inilah saya. Goldsmith mengidentifikasi ini sebagai masalah tersendiri: kebutuhan yang berlebihan untuk menjadi diri saya sendiri.

Kita semua memiliki cacat perilaku yang kecil, remeh. Dalam diri pemimpin, hal ini bisa sangat mengurangi keefektifan dan kemampuannya untuk menginspirasi orang lain. Banyak pola perilaku ini yang berasal dari kebutuhan naluriah untuk mencuri perhatian, agar bisa dilihat sebagai pemimpin. Perilaku yang tidak efektif ini sering dipandang sebagai seperti apa adanya tetapi justru mengurangi tingkat motivasi kolega. Pemimpin tidak perlu membuktikan mereka adalah pemimpin dengan terus berperilaku kompetitif dengan mengorbankan kolega. Membolehkan kolega untuk memiliki kepercayaan diri dan untuk mendapatkan andil mereka sendiri saat menjadi perhatian ialah bagian utama kepemimpinan yang sukses.
>